Kamis, 11 April 2013

PERSIAPAN PERGI KE JEPANG

Segera setelah visa Jepangku di approved pihak Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, saya kemudian melakukan berbagai persiapan sebagai berikut :

A. Karena saya memutuskan tidak membawa koper, maka saya memilih ransel paling ringan yang saya punya. Saya isikan baju yang digulung ketat seperti rollade yg diikat dg karet gelang. Untuk 5 hari 4 malam di jepang pada saat musim semi dimana suhu udara di sana sekitar 5-15 derajat celcius, saya membawa 5 kaos lengan panjang atasan, 4 celana panjang bawahan, 1 pasang baju long john, 2 jacket long coat, underwear, topi kupluk wool, syal wool, sarung tangan wool, kaos kaki wool dan leg warmer wool plus sepasang sepatu booth suede tipis yang nyaman dipakai. Saat ditimbang, berat total ransel saya itu sekitar 5,5 kg termasuk aman karena ransel yg dibawa ke kabin pesawat beratnya tidak boleh melebihi 7 kg.

B. Benda lain yang perlu dibawa selain baju adalah hp 3G & charger (di jepang semua hp harus 3G), kamera digital plus slot memory external 2 dan 8 giga dengan chargernya, powerbank, colokan listrik (adaptor berbentuk pipih 2 kaki) atau sekalian beli universal adaptor yg komplit memuat semua jenis colokan (tersedia di toko elektronik dg harga sekitar Rp 50.000), pulsa hp pra bayar sekitar Rp 200.000 selama di jepang (set manual hp utk roaming di jepang bisa ditanyakan kepada provider yg kita pilih). Semua barang elektronik sebaiknya disimpan dalam 1 wadah plastik bening yang memiliki seal sehingga kita mudah mengambil barang tsb dan anti air.

C. Surat-surat berharga seperti pasport plus visa yg sudah tertempel di dalamnya plus foto copy nya untuk berjaga2, ktp, tiket pesawat pp, bookingan hotel atau hostel, kartu kredit (walau kurang bisa dipakai di jepang karena jepang mayoritas cash money), cash money dalam bentuk yen (ditukar di money changer indonesia lebih baik, biasanya dalam pecahan 1000 yen atau 10.000 yen bentuk kertas), surat klaim asuransi perjalanan, ballpoint hitam untuk mengisi kartu kedatangan (disembarcation & embarcation card yg dibagikan di pesawat utk diisi) juga utk mengisi kartu bea cukai mengenai deklarasi barang2 yg kita bawa, dan jangan lupa lembar itinarery perjalanan kita. Semua uang dan surat berharga tsb lebih baik dimasukan ke dalam tas travel berbentuk sling bag yang bisa ditaruh di depan badan kita.

D. Khusus untuk barang yang dibawa ke kabin, barang berbentuk cairan seperti pasta gigi, pelembab wajah dan badan, deodorant cair, obat2an berbentuk cairan, samphoo & conditioner, masing - masing ukurannya tidak lebih dari 100 ml atau 100 g dan di taruh di wadah plastik bening seal dengan ukuran sekitar 20 c x 20 cm dan total tidak lebih dari 1 liter. Ribet memang. Bila ingin lebih bebas bawa barang dari indonesia, lebih baik membawa koper ukuran sekitar 25 inci atau lebih untuk dimasukan ke bagasi pesawat dan tidak dibawa ke kabin, dengan syarat kita membeli bagasi terlebih dahulu ke maskapai penerbangan ybs. Saat itu saya memakai maskapai budget yg apa2 dihitung jd sy mencoba tanpa bagasi sambil berharap suatu hari nanti bisa memakai maskapai yg bonafide dimana bagasi sudah bisa sampai 20 kg gratis, tanpa pembatasan benda cairan dan penerbangannya langsung tanpa transit.

Begitulah persiapan saya beberapa hari menjelang keberangkatan saya ke jepang...(to be continued....)






Senin, 04 Maret 2013

MENGURUS SENDIRI VISA KE JEPANG

Menyambung posting saya sebelumnya tentang keinginan saya untuk mengunjungi negara impian saya yaitu Jepang, maka langkah pertama adalah membuat visa untuk masuk ke negara itu. 

Saya memutuskan untuk mengurus visa sendiri karena saya ingin tahu dengan mata kepala saya sendiri Kedutaan Besar Jepang yang di Jakarta itu kayak apa 'dalamnya' dan seperti apa rasanya mengurus visa sendiri. Pada hari H dimana saya membawa semua syarat2 yang dibutuhkan yaitu :
1. Passport (asli)
2. Formulir isian dari kedutaan yg sudah diisi & ditempel foto
3. Foto copy KTP 
4. Itinerary selama di jepang
5. Tiket yg sudah konfirm tgl pergi & pulang
6. Surat2 penunjang diri yg memperkuat bhw kita akan pulang kembali ke tanah air begitu trip selesain (surat keterangan kerja (bagi yg bekerja) / surat keterangan masih sekolah (bagi yg msh sekolah) / surat izin suami (untuk ibu rumah tangga)  
7. Surat mengenai bukti keuangan, disesuaikan dengan lama trip dan itinerary, rumusnya adalah jumlah tabungan merupakan gabungan biaya tiket PP + Akomodasi & transporasi selama di Jepang + biaya oleh-oleh (bebas). Jumlah tabungan paling tidak sudah ada di rek. 1-2 bulan sebelum pengajuan, bila perlu tambahkan surat referensi dari bank ybs. Bank biasanya membuatkan surat referensi bila kita minimal sudah 3 bulan menjadi nasabah di bank tsb. 
8. Asuransi perjalanan
Semua berkas itu kemudian saya kumpulkan dengan urutan 1-8 

Di depan Kedutaan Besar Jepang di jalan Thamrin Jakarta Pusat, memandangi bangunan kotak minimalis berwarna cream dengan bendera bulatan merah. Saya kemudian bertanya kepada satpam yg sedang berjaga, dimana saya bisa mengurus visa, kemudian satpam tsb menunjukan sebuah pintu besi, maka masuklah saya. Di dalam ada ruangan konter satpam yg meminta KTP kita, dan kita diberi semacam tag untuk masuk ke dalam. Dari situ kita masuk lagi ke pintu berwarna biru dan kita di 'scan' oleh petugas spt kita kalau lewat imigrasi di bandara. Setelah itu kita keluar dr ruangan tsb, dan masuk ke pintu kaca, kemudian lihat kiri ada pintu kaca lagi dan masuklah saya di ruang permohonan visa.

Konter pelayanan ada 5 buah, nomer 1,2 dan 3 khusus untuk pelayanan visa ke jepang dan konter 4 dan 5 khusus untuk pengurusan passport bagi warga negara jepang. Setelah ambil nomor antrian di box sebelah kanan konter 5, sayapun menunggu nomer sy dipanggil. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, tibalah giliran sy, kemudian sy menyerahkan dokumen2 tsb lalu diperiksa oleh ibu petugas kedutaan, dimasukan kedalam keranjang berkas dan sy diberi secarik surat tanda terima yg harus dibawa bila akan mengambil visa nanti. Ternyata visa sy diproses tepat 4 hari kerja, wkt itu sy mengajukkan hari Rabu dan hari Senin visa sudah selesai. Jam pengajuan visa adalah jam 08.00-12.00 dan jam pengambilan visa adalah jam 12.30-15.00. Visa yg sudah jadi hrs segera diambil pd hari yg sudah ditetapkan 4 hari kerja, jika kita menunda2nya bisa saja visa kita dibatalkan. Biaya pengurusan visa adalah sebesar Rp 325.000 dan hanya dibayar jika visa kita di approve.

Hari Senin itu visa saya diapprove, senaaanggg.....rasanya, saya tak sabar untuk menyiapkan kepergian saya ke Jepang bulan depan. Kesimpulan saya, selama kita memberikan dokumen2 sesuai dg yg diminta, apa adanya dan masuk akal, sy rasa kedutaan pasti berusaha mengapprove visa kita, meskipun passport saya masih blank he he.... dan belum pernah ke negara manapun dan masa berlaku passport saya tinggal setahun lagi. Ganbatte...!!!

 
 

Rabu, 10 Oktober 2012

CAR FREE DAY DI BALAIKOTA BANDUNG

Bandung memang sudah tak sedingin puluhan tahun yang lalu, tetapi masih lebih dingin daripada sebagian kota besar di Indonesia. Pagi-pagi di hari Minggu, kawasan Car Free Day (CFD) di Bandung Tengah adalah di sekitar Balaikota Bandung di Jalan Wastukancana, di Bandung Utara adalah sekitar Dago Bawah (Cikapayang), dan di Bandung Timur adalah di sekitar Jalan Buah Batu (Kancra). 

Tempat CFD itu memang dipilih yang paling lebar jalannya dan paling rindang pohon-pohonnya. Saya tinggal di daerah Bandung Timur, tetapi karena masa kecil saya dihabiskan di pusat kota Bandung, maka saya selalu kangen untuk CFD di Balaikota, ntah ya rasanya disana ada 'secuil' suasana Eropa he he.......

Lihat saja bangunan balaikota yang dulunya bekas Gemeente itu, kokoh banget dindingnya, belum pohon2 yang berusia puluhan bahkan ada yang lebih dari 100 tahunan. Saya suka dengan pohon Ki Hujan yang terletak di tengah2 Balaikota, canopi pohon seperti payung besar yang cantik. Belum lagi ada pohon pinus yang daunnya beruas-ruas (langka), pohon kenari , pohon karet, dan jenis2 pohon lainnya yang masih eksis hingga sekarang. 

Jika saya ingin bersepeda, saya keliling berkali2 di dalam Balaikota dijamin peluh keluar juga dan relatif aman untuk yang bawa anak kecil. Untuk yang suka bersepeda di jalan utama kota Bandung, tinggal keluar saja dari Balaikota dan bersepeda keliling mulai dari jalan Merdeka-jalan Jawa-jalan Sumatera-jalan Aceh dan ketemu jalan Merdeka lagi. Kalo mau terus ke arah Utara, susuri saja dari jalan Merdeka lurus terus ke jalan Dago. Di dalam Balikota, selain olah raga bersepeda, banyak juga yang jogging, main badminton, main sepak bola, kadang2 ada yang memakai sky runner & roller blades, ada juga yang latihan Paskibra, tempat berkumpul acara jalan santai & sepeda onthel, malah sesekali ada juga yang memainkan mobil remote control.

Pohon Ki Hujan
Gedung Walikota
Gedung sisi Barat
Dilarang menginjak rumput taman  


Di Indonesia memang semakin jarang saja taman publik yang representatif, tapi berjalan2 santai di Balaikota seakan menjadi pemenuhan kebutuhan akan "public park" tersebut. Kadang2 saya hanya duduk santai sambil menikmati matahari pagi, mendengar dari kejauhan suara sirene pintu kereta api, atau kadang2 terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran dari mesjid agung Al-Ukhuwah atau malah suara lonceng dari gereja  Katedral yang letaknya berdekatan dengan Balaikota.






Rabu, 26 September 2012

CARA MUDAH MENGHAPAL KONVERSI SATUAN MATEMATIKA

Paling sebal deh kalo lupa mengkonversi satuan dalam pelajaran matematika. Tapi sejak seseorang memberitahu saya tentang  'jembatan keledai'  konversi satuan....gak lupa lagi tuhhh!!!
kuncinya berbunyi :

"KUCING - HITAM - DALAM - MOBIL - DESI - CENTIL - MONDAR MANDIR"    alias/a.k.a
"      km------hm------dam------m------dm--------cm--------mm      "

Kucing-Hitam-Dalam-Mobil-Desi-Centil-Mondar Mandir

Note : loncat naik artinya baca terbalik dari kanan ke kiri loncat turun artinya baca biasa dari kiri ke kanan

1. Satuan Panjang : loncat naik/turun 10
Naik satu (misal hitam - kucing) coret angka 0 satu = 10 hm adalah 1 km
Turun dua (misal dalam-mobil-desi) tambah angka 0 dua = 1 dam adalah 100 dm


2. Satuan Luas : loncat naik/turun100
Naik satu (misal centil - desi) coret angka 0 dua = 100 cm2 adalah 1 dm2
Turun dua (misal desi-centil-mondar mandir) tambah angka 0 empat = 1 dm2 adalah 10.000 mm2


3. Satuan Volume  : loncat naik/turun 1000
Naik satu (misal mobil - dalam) coret angka 0 tiga = 100 m3 adalah 0,1 dam3
Turun dua (misal kucing - hitam - dalam ) tambah angka 0 enam = 1 km3 adalah 1.000.000 dam3
Note : karena volume biasanya juga dihitung dalam satuan liter (l) maka patokannya :
1 dm3 = 1liter  dan  1 mm3 = 1ml = 1cc (sesuaikan saja satuannya dalam liter)

Sejauh ini saya baik2 aja dengan pelajaran matematika ini, jika ada yang lebih ekspert dalam ilmu ini silahkan menambahkan atau mengkoreksi, monggooooo.......


Selasa, 25 September 2012

BACKPACKER KE CANDI PRAMBANAN & KERATON JOGJA

Mencoba wisata hanya dengan sebuah tas ransel bak kaum backpecker ternyata praktis juga. Biasanya saya suka riweuh dengan urusan packing pakaian, nginep di luar kota semalam saja harus membawa koper kayak TKW mudik dari arab. Pakaian digulung bawa seperlunya, make up basic saja, toileteirs cuma sikat gigi & odol kecil....just go!....

Pesan tiket Lion Air via ATM, check in di Bandara Husein, boarding dan 1 jam kemudian sudah sampai di kota Yogyakarta. Saya dapat penginapan di daerah Ambarukkmo dekat Plaza Ambarrukmo jalan Adi Sucipto. Sampai di penginapan, makan siang lalu saya surfing internet daerah wisata apa yang paling dekat dengan penginapan saya itu. Ternyata pilihan jatuh kepada candi Prambanan yang jauhnya 17 km dari pusat kota. Saya berjalan ke shelter Trans Jogja di depan Hotel Royal Ambarrukmo, membayar kartu masuk Rp 3000, kemudian menunggu bus datang.

Setengah jam saya menunggu, kemudian bus 1B datang dan saya naik sampai shelter pergantian ke bus 1A tujuan Prambanan. Lumayan jauh juga, apalagi saya berdiri karena tidak kebagian tempat duduk, agak pegel juga kaki. Sempet lewat ke Candi kalasan, saya kaget tiba2 ada bangunan batu berwarna hitam yang menyembul dari balik bangunan di sisi jalan. Sampai di shelter Prambanan, saya turun dan ditawarin becak, naiklah saya dengan membayar Rp 15.000.

Di loket masuk, ternyata banyak loket masuk ke candi2 lainnya, jadi baca baik2 yang mana yang masuk ke kompleks candi Prambanan. Saya membayar Rp 30.000, berjalan melewati taman yang luas dan hari itu panas sekali sampai nyut2an kepala, untung ada ibu2 penyewa payung Rp 5000 saja. Sebelum melewati pos masuk, saya dipakaikan kain batik di bagian perut sebagai syarat kunjungan. Begitu melihat candi Prambanan, saya terpukau dengan bangunan batu yang megah menjulang...hmmm nenek moyangku ternyata keren juga bisa membuat bangunan semegah ini.

Pelataran candi Prambanan yang luas
Relief candi Prambanan
Bagian candi yang runtuh
Candi Prambanan dari arah pintu keluar
Candi Prambanan setinggi 47 m



Candi Prambanan atau disebut juga candi Roro Jonggrang adalah candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke 10 masehi. Saya melonggok ke bagian dalam, ternyata terdapat ruangan kosong yang gelap. Bangunan candi yang paling besar dipagari pagar besi, jadi pengunjung tidak dapat naik ke dalamnya.

Setelah puas berkeliling, sayapun menuju pintu keluar yang ala mak jauh juga. Melewati Taman Rusa dan Burung Kasuari, kemudian menembus pasar barang kerajinan dan oleh-oleh dan barulah saya menemukan si mas becak yang saya 'sandera' untuk mengantar balik saya ke shelter bus. Rute bus ke arah ambarrukmo tidak usah berganti bus, hanya menumpang bus 1A saja. Sore harinya, saya mencoba makan malam lesehan di malioboro, saya memakai bus 1A yang sama dengan arah pulang tadi siang, dan bus ini melewati kawasan malioboro. Ternyata makan lesehan itu mahal juga, harusnya backpacker seperti saya mencoba makan nasi kucing hehehe....

Saya perhatikan barang2 untuk oleh2 di malioboro kok nawarinnya lebih mahal dibandingkan dengan pasar di prambanan, sepertinya kalo tidak pintar menawar dikasih harga turis ya mangut2 saja. Karena kemalaman, saya naik taksi ke penginapan Rp 30.000,  jika memakai bus wuihhh katanya bisa sampai 1,5 jam kemudian karena keliling dulu ke bandara Adi Sucipto. 

Besok harinya, saya ke Keraton Jogja di ujung jalan malioboro. Dari ujung jalan itu, harus melewati sebuah lapangan ( lapangan lor) yang cukup luas baru sampai ke pintu masuk keraton. Berhubung saya cuma sendirian, jadi tidak dikasih guide so saya ikut rombongan bule2 saja.

Gerbang masuk Keraton Jogja
Sebuah bangsal di keraton
Ikut rombongan bule
Pertunjukan musik gamelan


Setelah berkeliling sebentar di keraton, saya lihat ada beberapa pantangan seperti tidak boleh menginjak salah satu jalur berlantai, jadi hanya menginjak pasir, atau ada ruangan tertentu yang tidak boleh dimasuki, ada juga barang tertentu yang tidak boleh difoto walau sudah diberi 'kartu memphoto' berwarna hijau Rp 1000 berbarengan tanda masuk sebesar Rp 5000. Setelah puas berkeliling saya melanjutkan ke Taman Pintar di daerah yang tidak jauh dari keraton. Saya naik becak Rp 10.000 dan sampai di tiket box masuk Rp 15.000. Tapi setelah sampai di dalam dan berjalan terus sampai menemukan pintu keluar wahana, saya merasa tempat ini cocoknya untuk pelajar sekolah bukan backpacker seperti saya.



Sabtu, 25 Agustus 2012

RESTORAN INDONESIA DI JEPANG & MAJALAH "PACIFIC FRIEND"

Suatu hari sekitar tahun 1970-an akhir, siang-siang bolong ketika saya baru selesai bermain lompat tali di tetangga sebelah, saya melihat ada sebuah majalah Jepang tergeletak di atas meja. Bagus sekali majalah itu, belum pernah saya melihat majalah sebagus itu. Sampulnya mengkilat, gambar foto dan sampulnya jelas, ukurannya besar dan enak dipegang, pasti ini pemberian teman bapak saya yang pada saat itu tengah bermukim di Jepang.

Waktu itu saya masih buta huruf, secara masih TK kecil. Dibukalah halaman per halaman....saya tertegun dengan gambar-gambarnya, indah sekaliiii......ih dasar Jepang!! tahun segitu saja udah modern banget teknik percetakannya. Walau tak mengerti judul majalah itu, apalagi isinya, tapi saya waktu itu sangat tertarik dengan artikel tentang sebuah keluarga pemilik Rumah Makan khas Indonesia di Jepang.

Sempat hilang majalah itu, tapi 30 tahun kemudian saya menemukannya lagi di gudang rumah. Saya baca majalah itu dan ternyata text nya berbahasa Inggris bukan bahasa Jepang. Betapa senangnya begitu bisa tahu cerita dari gambar & foto yang dulu hanya bisa memandanginya tanpa tahu artinya.

Ternyata artikel tentang keluarga Indonesia itu berjudul "Part of Indonesia......", mereka mendirikan rumah makan bernama RM "Sederhana" di daerah Meguro tidak jauh dari Tokyo. Adalah Frientje seorang Indonesia asal Padang yang menikah dengan seorang Jepang yang bernama Tomitaro Tanaka. Mereka mempunyai dua orang anak, yang sulung bernama Juliana Tanaka dan yang bungsu bernama Lucia Tanaka. Mereka bukan hanya sekedar berbinis makanan Indonesia, tetapi juga sebagai duta budaya Indonesia di Jepang, buktinya di rumah makan itu banyak sekali dipajang berbagai patung Bali, topi anyaman dan berbagai pernak pernik tentang Indonesia. Menu yang disajikan adalah ayam paniki, rendang, gado2, sate, teh manis, dll.

Keluarga Tanaka di Taman Nasional Meguro

Mr. Tanaka sedang bercerita ttg Bali
Selain tentang keluarga itu, ada juga artikel mengenai olah raga musim dingin di Jepang yang bikin saya terobsesi banget ingin pergi ke Hakuba (Nagano) melihat orang main ski dan ingin mengunjungi Jepang pada saat musim Fuyu (Winter) yang indah.


Atlet ski jumping di Hakuba

Winter di Tsumagojuku
Anak Jepang belajar skate di Shinjuku Skycraper Rink
Winter di Ogimachi

 Ada juga artikel mengenai tempat wisata di Nara dan beberapa kerajinan Jepang yang indah

Tempat wisata di Nara Deer Park

Kerajinan Utamaro

Boneka Daruma

Gadis berbaju kimono

Sampai saat ini kondisi majalah itu masih sangat baik, warna fotonya tidak pudar. Sekitar tahun 1973 majalah ini memulai cetakan pertamanya, tetapi tahun 2003 majalah Pacific Friend resmi berhenti cetak di jepang sana dan kemudian berganti judul menjadi majalah Asia Plus. Untungnya saya sempat mendapat kiriman 10 buah majalah ini edisi tahun 1996-1999 dari Fakultas Sastra Jepang Unpad (arigatooooo....) dengan ukurannya kertas yang lebih kecil dan kualitas foto yang kalah glossy dibandingkan dengan edisi tahun 70-80 an.

Bagaimanapun majalah ini memberikan arti yang dalam tentang jepang. Suatu saat nanti saya akan pergi ke jepang, entah itu ikut tour wisata atau pergi sebagai backpacker......siapa yang ikut dengan saya ke jepang ?????.......


Kamis, 23 Agustus 2012

TEMBANG SUNDA CIANJURAN DARI JAWA BARAT

Sebagai orang sunda asli tatar parahiyangan.....deuhhhhh!!!! so pasti saya sangat senang dan bangga dengan aneka kesenian dari daerah priangan yang salah satunya adalah tembang sunda. Saya mengenal tembang sunda sejak masa balita karena tembang2 tersebut sering menjadi back-sound dari serial dongeng sunda di radio yang sangat terkenal di era tahun 70-an sampai 80-an. 

Diantara para jawara pendongeng itu, ada beberapa yang saya ingat yaitu mang Wahyu & mang Barna (radio Lita), mang Haji Dulacis (radio volvo), ua Kepoh, aki Balangantrang, si Kunang & bu Iting, dll. Dan yang saya salut dari para pendongeng itu adalah kemampuan mereka memerankan berbagai macam suara (suara orang tua, muda, anak2, perempuan, laki2) dari banyak karakter pemeran sebuah cerita padahal itu semua berasal dari  mulut satu orang pendongeng...solo man.

Tembang sunda yang paling enak didengar menurut saya adalah tembang cianjuran dari sinden Euis Komariah. Suaranya paling jelas, tidak terlalu rendah tapi juga tidak terlalu melengking. Para sinden pendahulunya seperti Nyi Mas Saodah, Upit Sarimanah, dll. atau yang seangkatan seperti Tati Saleh, Mamah, dll. memiliki kelebihan dan keunikan suara masing2 tapi memang sinden Euis lah yang paling sering diundang menyanyi di banyak negara di luar negeri. Banyak sekali kaset dari album lagu ibu Euis tapi ada kaset yang saya favoritkan yaitu album klasik "Panyileukan" dan "jemplang Leumpang". Menurut saya, tembang cianjuran menuntut teknik & kualitas vokal yang tinggi dan melibatkan perasaan yang sangat halus. Salah satu link untuk cianjuran silahkan cek di http://www.youtube.com/watch?v=g7aA2r6oTBw&feature=share&list=PLF512DC4BD438F1D9

album tembang cianjuran Euis Komariah "Panjileukan"
Album tersebut diproduksi oleh Jugala Recording yang biasa memproduksi banyak tembang2 sunda selain tembang cianjuran, diantaranya ada juga tembang kacapi suling yang cenderung melow alunan sulingnya menyayat hati seperti lagu "ayun ambing" dan "hariring kuring", tembang degung yaitu ada suara bonang dan goong yang bertempo sedang yaitu lagu "sekar 1" dan "sabilulungan", ada juga tembang jaipongan yang kendangnya menghentak bertalu2 dan bersuasana riang seperti lagu "daun pulus keser bojong" dan berbagai tembang sunda pop terbaru yang mendapat sentuhan alat musik modern dari penyanyi Darso, Bungsu Bandung, Neneng Meida, Oon B, dll.

Kaset-kaset dari para maestro kesenian Jawa Barat itu hanya dijual di tempat2 tertentu saja. Saya membeli beberapa kaset tersebut dari sebuah toko kaset di depan pasar Kosambi Bandung. Tentu saja harganya murah sekali jika dibandingkan dengan kaset dari penyanyi top Ibukota apalagi dibandingkan dengan harga kaset dari penyanyi Internasional.....*prihatin. Saya berharap lagu2 klasik maestro seni sunda tersebut bisa lebih diapresiasi oleh urang sunda sendiri misalnya dengan mereproduksi lagi kaset dalam bentuk CD dan dijual di toko2 terkemuka dengan harga yang lebih wajar, dan please deh jangan beli CD bajakannya, kasian para seniman itu tambah gigit jari dooonnggggg!!!!!