Sabtu, 25 Agustus 2012

RESTORAN INDONESIA DI JEPANG & MAJALAH "PACIFIC FRIEND"

Suatu hari sekitar tahun 1970-an akhir, siang-siang bolong ketika saya baru selesai bermain lompat tali di tetangga sebelah, saya melihat ada sebuah majalah Jepang tergeletak di atas meja. Bagus sekali majalah itu, belum pernah saya melihat majalah sebagus itu. Sampulnya mengkilat, gambar foto dan sampulnya jelas, ukurannya besar dan enak dipegang, pasti ini pemberian teman bapak saya yang pada saat itu tengah bermukim di Jepang.

Waktu itu saya masih buta huruf, secara masih TK kecil. Dibukalah halaman per halaman....saya tertegun dengan gambar-gambarnya, indah sekaliiii......ih dasar Jepang!! tahun segitu saja udah modern banget teknik percetakannya. Walau tak mengerti judul majalah itu, apalagi isinya, tapi saya waktu itu sangat tertarik dengan artikel tentang sebuah keluarga pemilik Rumah Makan khas Indonesia di Jepang.

Sempat hilang majalah itu, tapi 30 tahun kemudian saya menemukannya lagi di gudang rumah. Saya baca majalah itu dan ternyata text nya berbahasa Inggris bukan bahasa Jepang. Betapa senangnya begitu bisa tahu cerita dari gambar & foto yang dulu hanya bisa memandanginya tanpa tahu artinya.

Ternyata artikel tentang keluarga Indonesia itu berjudul "Part of Indonesia......", mereka mendirikan rumah makan bernama RM "Sederhana" di daerah Meguro tidak jauh dari Tokyo. Adalah Frientje seorang Indonesia asal Padang yang menikah dengan seorang Jepang yang bernama Tomitaro Tanaka. Mereka mempunyai dua orang anak, yang sulung bernama Juliana Tanaka dan yang bungsu bernama Lucia Tanaka. Mereka bukan hanya sekedar berbinis makanan Indonesia, tetapi juga sebagai duta budaya Indonesia di Jepang, buktinya di rumah makan itu banyak sekali dipajang berbagai patung Bali, topi anyaman dan berbagai pernak pernik tentang Indonesia. Menu yang disajikan adalah ayam paniki, rendang, gado2, sate, teh manis, dll.

Keluarga Tanaka di Taman Nasional Meguro

Mr. Tanaka sedang bercerita ttg Bali
Selain tentang keluarga itu, ada juga artikel mengenai olah raga musim dingin di Jepang yang bikin saya terobsesi banget ingin pergi ke Hakuba (Nagano) melihat orang main ski dan ingin mengunjungi Jepang pada saat musim Fuyu (Winter) yang indah.


Atlet ski jumping di Hakuba

Winter di Tsumagojuku
Anak Jepang belajar skate di Shinjuku Skycraper Rink
Winter di Ogimachi

 Ada juga artikel mengenai tempat wisata di Nara dan beberapa kerajinan Jepang yang indah

Tempat wisata di Nara Deer Park

Kerajinan Utamaro

Boneka Daruma

Gadis berbaju kimono

Sampai saat ini kondisi majalah itu masih sangat baik, warna fotonya tidak pudar. Sekitar tahun 1973 majalah ini memulai cetakan pertamanya, tetapi tahun 2003 majalah Pacific Friend resmi berhenti cetak di jepang sana dan kemudian berganti judul menjadi majalah Asia Plus. Untungnya saya sempat mendapat kiriman 10 buah majalah ini edisi tahun 1996-1999 dari Fakultas Sastra Jepang Unpad (arigatooooo....) dengan ukurannya kertas yang lebih kecil dan kualitas foto yang kalah glossy dibandingkan dengan edisi tahun 70-80 an.

Bagaimanapun majalah ini memberikan arti yang dalam tentang jepang. Suatu saat nanti saya akan pergi ke jepang, entah itu ikut tour wisata atau pergi sebagai backpacker......siapa yang ikut dengan saya ke jepang ?????.......


Kamis, 23 Agustus 2012

TEMBANG SUNDA CIANJURAN DARI JAWA BARAT

Sebagai orang sunda asli tatar parahiyangan.....deuhhhhh!!!! so pasti saya sangat senang dan bangga dengan aneka kesenian dari daerah priangan yang salah satunya adalah tembang sunda. Saya mengenal tembang sunda sejak masa balita karena tembang2 tersebut sering menjadi back-sound dari serial dongeng sunda di radio yang sangat terkenal di era tahun 70-an sampai 80-an. 

Diantara para jawara pendongeng itu, ada beberapa yang saya ingat yaitu mang Wahyu & mang Barna (radio Lita), mang Haji Dulacis (radio volvo), ua Kepoh, aki Balangantrang, si Kunang & bu Iting, dll. Dan yang saya salut dari para pendongeng itu adalah kemampuan mereka memerankan berbagai macam suara (suara orang tua, muda, anak2, perempuan, laki2) dari banyak karakter pemeran sebuah cerita padahal itu semua berasal dari  mulut satu orang pendongeng...solo man.

Tembang sunda yang paling enak didengar menurut saya adalah tembang cianjuran dari sinden Euis Komariah. Suaranya paling jelas, tidak terlalu rendah tapi juga tidak terlalu melengking. Para sinden pendahulunya seperti Nyi Mas Saodah, Upit Sarimanah, dll. atau yang seangkatan seperti Tati Saleh, Mamah, dll. memiliki kelebihan dan keunikan suara masing2 tapi memang sinden Euis lah yang paling sering diundang menyanyi di banyak negara di luar negeri. Banyak sekali kaset dari album lagu ibu Euis tapi ada kaset yang saya favoritkan yaitu album klasik "Panyileukan" dan "jemplang Leumpang". Menurut saya, tembang cianjuran menuntut teknik & kualitas vokal yang tinggi dan melibatkan perasaan yang sangat halus. Salah satu link untuk cianjuran silahkan cek di http://www.youtube.com/watch?v=g7aA2r6oTBw&feature=share&list=PLF512DC4BD438F1D9

album tembang cianjuran Euis Komariah "Panjileukan"
Album tersebut diproduksi oleh Jugala Recording yang biasa memproduksi banyak tembang2 sunda selain tembang cianjuran, diantaranya ada juga tembang kacapi suling yang cenderung melow alunan sulingnya menyayat hati seperti lagu "ayun ambing" dan "hariring kuring", tembang degung yaitu ada suara bonang dan goong yang bertempo sedang yaitu lagu "sekar 1" dan "sabilulungan", ada juga tembang jaipongan yang kendangnya menghentak bertalu2 dan bersuasana riang seperti lagu "daun pulus keser bojong" dan berbagai tembang sunda pop terbaru yang mendapat sentuhan alat musik modern dari penyanyi Darso, Bungsu Bandung, Neneng Meida, Oon B, dll.

Kaset-kaset dari para maestro kesenian Jawa Barat itu hanya dijual di tempat2 tertentu saja. Saya membeli beberapa kaset tersebut dari sebuah toko kaset di depan pasar Kosambi Bandung. Tentu saja harganya murah sekali jika dibandingkan dengan kaset dari penyanyi top Ibukota apalagi dibandingkan dengan harga kaset dari penyanyi Internasional.....*prihatin. Saya berharap lagu2 klasik maestro seni sunda tersebut bisa lebih diapresiasi oleh urang sunda sendiri misalnya dengan mereproduksi lagi kaset dalam bentuk CD dan dijual di toko2 terkemuka dengan harga yang lebih wajar, dan please deh jangan beli CD bajakannya, kasian para seniman itu tambah gigit jari dooonnggggg!!!!!